Islamisasi IPTEK
"Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda -tanda bagi Ulil Albab. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata, Ya Rob kami tidaklah engkan ciptakan ini sia-sia, Maha Suci Engkau maka selamatkan kami dari siksa neraka”
(Q.S. Ali-Imron 190-191)
Begitu banyak yang Allah SWT telah berikan kepada kita semua salah satunya adalah Ilmu. Selama ini kita mempelajari berbagai macam jenis ilmu, sejak kecil hingga sekarang. Ada yang di kategorikan ilmu agam maupun ilmu umum. Tetapi berdasarkan ayat di atas bahwa sesungguhnya segala macam ilmu seharusnya membawa pencerahan kepada Tauhidulloh. Tentu saja dengan syarat kita mau memikirkannya. Dan itulah yang dinamakan sebagai Islamisasi Iptek.
Begitu sering kita mendapatkan Ilmu dan mengaplikasikannya dalam kehidupan, tapi apakah kesemuanya itu membuat kita semakain beriman atau justru malah semakin sombong dengan kepemilikan kita terhadap ilmu tersebut. Sejak hilangnya Kekhalifahan maka ummat Islam berada dalam masa keterpurukan dari segi IPTEK. Ketika orang sudah sampai ke bulan kita baru sibuk mengurus perbedaan yang furu’iyah dalam agama. Hal ini tentunya sangat menyedihkan, mengingat dulunya ummat islamlah yang meletakkan dasar pengembangan IPTEK yang ada sekarang. Siapa yang tidak kenal Aljabar, AlKhemi, dan masih banyak lagi ahli IPTEK dalam Islam.
Dan semuanya kini telah berpindah ketangan orang-orang yang tidak mengakui ALLAH SWT adalah Rabb semesta ala mini. Makanya sangat wajar apabila konsep keilmuan pun dibuat seliberal mungkin dengan mengesampingkan peran Allah SWT sebagai Al ‘Alim (yang Maha berilmu). Akhirnya muncullah berbagai macam teori keilmuan yang tidak lain itu merupakan sunnatulloh yang Allah tetapkan di muka bumi ini. Pernahkah kita mendengar Newton dalam teorinya menyinggung Tuhan, tidak melainkan dia malah menyebutnya sebagai hukum Newton, sehingga manusia bukan ingat pada yang menciptakan teori tersebut tapi justru ingat pada yang menemukan teoriNya. Kemudian mucul pula teori Fiksi yang diusung oleh Charless Darwin dengan Teori Evolusinya hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk semakin menjauhkan manusia dari ajaran Allah SWT, dan perlu kita ingat bahwa teori inilah yang paling bertanggung jawab terhadap pembantaian ummat manusia dimuka bumi ini. Munculnya kebanggaan terhadap ras dan suku tidak lain disebabkan karena teori Darwin ini. Orang kulit hitam disangka adalh evolusi yang masih dekat dengan monyet sehingga diperlakukan sebagai budak. Hitler membantai orang-orang yang bukan dari ras Jerman karena mengaggap ras Jerman adalah ras yang tertinggi dibandingkan ras lain.
Melihat dari hal-hal tersebut, marilah kita tilik keberadaan ummat islam sekarang. Keterbelakangan akan IPTEK masih menjadi masalah, tetapi orang-orang yang telah diberi oleh Allah dengan Hidayah IPTEK lebih dari pada yang lain pun malah semakin lupa dengan tuhannya. Konsep islamisasi Iptek harus segera digelorakan dalam tubuh ummat ini bahwa sesungguhnya kita diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT sehingga jangan sampai Iptek menghalangi kita untuk mengenali Allah, Justru seharusnya kita dapat memenfaatkannya sebagai sarana untuk beribadah kepadaNya.
Beberapa potret Ilmu pengetahuan modern antara lain :
1. Ontologi
" Obyek ilmu adalah hal-hal yang logis. Hal-hal yang tidak logis, misalnya keberadaan Tuhan, tidak boleh dimasukkan ke dalam ilmu." Ungkapan tersebut jelas membuktikan bahwa obyek Ilmu pengetahuan telah dibatasi oleh para ilmuwan itu dengan cara pandang yang mereka miliki.
2. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang metodologi. Di dalam ilmu pengetahuan barat, satu-satunya cara mendapatkan ilmu pengetahuan adalah
melalui metoda ilmiah yang ditopang oleh dua tiang utamanya: rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang mengatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah rasio. Hanya pengetahuan yang didapat dari akallah, dengan metoda deduktif, yang memenuhi syarat lmiah.4 Tiang kedua dipelopori oleh Francis Bacon (1561-1626) yang menegaskan bahwa pengalaman empirislah yang menjadi sumber ilmu pengetahuan. Apa-apa yang didapat dari eksperimen empiris, melalui metoda induktif, yang dapat dikatakan ilmiah.5 Menganggap bahwa ilmu pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui penalaran rasional dan pengalaman empiris berarti tidak membuka ruang bagi peran wahyu ilahi dalam wilayah ilmu pengetahuan.
3. Aksiologi
Aksiologi adalah kajian yang menyangkut tujuan. Di dalam wilayah kajian ini bahas tentang manfaat dan mudhorot yang dapat ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan barat dimanfaatkan untuk sekadar keuntungan yang bersifat materi dan duniawi. Francis Bacon, misalnya, mengatakan bahwa ilmu pengetahuan digunakanuntuk memperkuat kemampuan manusia. Dia menegaskan bahwa ilmu pengetahuan hanya bermanfaat jika nampak pada kekuasaan manusia. Dengan lantang dia melontarkan ungkapan yang bersifat eksploitatif bahwa akhir dari pondasi kita adalah ilmu pengetahuan mengenai sebab pergerakan benda-benda dan memperluas batasan manusia untuk menaklukkan semua hal yang mungkin. Ilmu pengetahuan barat tidak memiliki bingkai nilai yang jelas tentang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan telah menjadi nilai itu sendiri. Oleh karenanya, pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk penindasan sesama manusia serta eksploitasi besar-besaran terhadap alam dapat kita lihat sebagai akibat kekosongan ilmu pengetahuan terhadap nilai-nilai.
Sedang proses Islamisasi iptek, tidak lain adalah proses pengembalian atau pemurnian ilmu pengetahuan yang ada kepada prinsip yang hakiki, yakni tauhid, kesatuan makna kebenaran dan kesatuan sumber. Dari ketiga proses ini lah kemudian diturunkan aksiologi (tujuan), epistemologi (metodologi) dan ontologi (obyek) ilmu pengetahuan. Melalui prinsip,
pertama (tauhid), ilmu pengetahuan tidaklah dimanfaatkan melulu pada praksis, tetapi juga dimanfaatkan untuk memahami eksistensi yang hakiki alam dan manusia. Ilmu pengetahuan terus dikembangkan ke arah mana dicapai terus menerus pengertian yang lebih baik bahwa Allah SWT adalah sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan. Dengan itu, ilmu pengetahuan selalu mengantarkan umat pada peningkatan keimanan.
Prinsip kedua (kesatuan makna kebenaran) akan membebaskan ilmu pengetahuan
dari sekularisme. Dengan prinsip ini tidak akan ada lagi istilah kebenaran ilmiah dan kebenaran relijius. Yang ada adalah kebenaran tunggal, baik kebenaran ilmiah maupun kebenaran relijius. Prinsip ini akan melahirkan kompromi dan interaksi yang terus menerus antara hasil-hasil ilmu pengetahuan dengan interpretasi kajian syari'ah. Interpretasi syari'ah tentang realitas diuji oleh hasil-hasil ilmu pengetahuan. Demikian pula sebaliknya, hasil ilmu pengetahuan akan diuji oleh hasil kajian syari’ah. Hal ini dikarenakan kebenaran tunggal datang dari Allah SWT.
Prinsip ketiga menjadikan alam dan Al-Qur'an sebagai sumber ilmu pengetahuan. Dengan demikian, kedua sumber ilmu pengetahuan, baik ayat kauniyah maupun ayat qouliyah memiliki posisi yang penting dalam mencapai kebenaran. Prinsip ini menopang prinsip kedua, karena ayat-ayat Allah selalu benar sehingga tidak ada kontradiksi antara keduanya. Jika belum terjadi ketidaksesuaian, maka kesalahan terletak pada manusia dalam memformulasikan ayat kauniyah atau dalam melakukan interpretasi ayat qouliyah. Bukan pada ayat-ayat itu sendiri.
Dari perbedaan kedua prinsip diatas jelaslah bahwa perbedaannya terletak pada Konsep Illahiyah. Pada prisip pengetahuan modern Tuhan dianggap tidak ada dan manusialah yang menjadi pemeran utamanya. Sedang pada prinsip Islamisasi Iptek maka segalanya bersumber dari Allah dan digunakan pula untuk mendekatkan diri padaNya. Moralitas Iptek yang saat ini mengalami krisis hanya dapat diperbaiki dengan satu kata kunci yaitu BACK TO ISLAM. (terispirasi dan mengutip dari Digital Journal Al Manar )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar