Minggu, 15 Juni 2008

GELOMBANG BESAR ITU BERNAMA DAKWAH KAMPUS AKADEMIS

(oleh : Wisnu Ananda*)

Prolog

Suatu sore di sebuah masjid, seorang ikhwan yang merupakan aktivis dakwah di sebuah kampus di Yogyakarta sedang berdiskusi dengan adik kelasnya satu SMU yang masih kuliah semester tiga di kampus yang sama namun berbeda fakultas.

“Dek, di kampusnya aktif dimana ?”, tanya ikhwan itu kepada adik kelasnya.

“Ah, enggak Mas, saya nggak aktif koq.”

“Lho, kenapa emangnya ?”

“Abis sekarang kuliah mahal banget. Jadi kalo mo ikut kegiatan takut ntar ngganggu kuliah. Saya paling cuma ikut kegiatan di jurusan aja. Soalnya kalo di jurusan kan juga bisa ngembangin ilmu juga. Lagian kalo ikut di jurusan nggak begitu ngganggu kuliah.”

Dakwah kampus akademis, suatu keniscayaan

Fragmen cerita di atas merupakan sebuah kisah nyata yang belakangan banyak terjadi di kalangan mahasiswa, terutama angkatan 2003 dan 2004. Si ikhwan sempat berpikir, sepertinya cukup “egois” juga adik kelasnya. Cuma mau ikut kegiatan kalau itu menguntungkan dirinya dan tidak merugikannya. Bagaimana kalau diajak ikut berorganisasi yang harus ngurusin orang lain dan butuh tenaga ekstra ? Gejala ini nampaknya akan terus terjadi mengingat biaya kuliah yang makin mahal. Di Fakultas Teknik UGM misalnya, mahasiswa angkatan 2004 dikenai biaya Rp 75.000,00 per SKS !! Ditambah lagi dengan adanya percepatan masa studi lulus kuliah empat tahun.

Lalu, apa yang harus kita lakukan sebagai aktivis dakwah ? Ingatlah, sesunguhnya salah satu karakteristik dakwah Islam yang kita usung adalah sifatnya yang syumuliyah (lengkap dan integral) dan mustaqbaliyah (berorientasi masa depan). Jelas, dengan keintegralannya dakwah kampus harus mampu menyentuh sisi akademis ini. Dan dakwah akademis memiliki orientasi masa depan yang jelas, yaitu dakwah profesi. Inilah dua poin kebutuhan penting yang merupakan urgensi perlunya dakwah akademis.

Pada hakikatnya dakwah akademis merupakan bagian dari dakwah secara keseluruhan yang mau tidak mau harus mulai kita gulirkan. Hal ini mengingat betapa pentingnya dakwah akademis seperti pentingnya dakwah di berbagai lini dakwah kampus lainnya. Dakwah kampus akademis merupakan bagian dari ekspansi dakwah yang sebelumnya telah digulirkan, yaitu dakwah di ranah musholla (LDK) dan ranah sosial politik (lembaga kemahasiswaan).

Kebutuhan akan dakwah kampus akademis ini sangat mendesak, mengingat semakin banyaknya kelompok mahasiswa yang cenderung memilih jalan study oriented. Komunitas mereka dianggap sebagai mahasiswa yang apatis, pragmatis, dan apolitis. Kita tidak dapat menyalahkan jalan yang mereka pilih dalam menjalani hidup ini yang memang menyediakan begitu banyak jalan. Yang jelas tanpa disadari pada mahasiswa yang seperti ini terdapat potensi yang begitu besar untuk terjun dalam medan dakwah, tanpa harus kehilangan impian mereka yang memilih jalan study oriented.

Disanalah tantangan bagi kita untuk memfasilitasi dan membimbing mereka agar dapat berjalan bersama kita di medan dakwah. Sehingga semua komunitas di kampus teknik dapat tersentuh oleh dakwah kita.

Arahan dakwah kampus akademis

Visi dakwah kampus akademis yaitu dakwah kampus yang berakar kuat pada potensi keilmuan dan kreatifitas kader-kader dakwah dengan memanfaatkan seluruh fasilitas akademis kampus secara optimal dalam suatu gerak dakwah yang rapi, sistematis, dan profesional. Tujuannya yaitu menghimpun sebanyak mungkin kuantitas pengusung dan pendukung dakwah yang merupakan orang-orang yang profesional di bidangnya dan berafiliasi dengan Islam.

Adapun misinya dapat dijabarkan ke dalam enam hal. Nasyrul fikroh, yaitu memberikan pewarnaan terhadap lingkungan akademis kampus sesuai dengan fikroh Islam. Kaderisasi, yaitu mencetak kader-kader dakwah kampus yang berakhlak mulia, berwawasan luas, serta profesional di bidangnya. Aktualisasi, yaitu seluruh potensi kader diaktualisasikan dalam aksi-aksi intelektual, baik teori maupun praktek, di lingkungan intra maupun ekstra kampus dan masyarakat umum. Penataan, yaitu dakwah akademis sebagai salah satu lini dakwah bergerak bersama-sama secara sinergis mengemban dakwah dengan lini lain. Pembelajaran dan pengalaman konflik, yaitu sebagai bentuk sarana pendewasaan berpikir dan mencari solusi dalam menyelesaikan problem yang terjadi dalam berinteraksi sosial dan berorganisasi. Jaringan, yaitu membentuk jaringan akademisi dan profesi pasca kampus.

Dakwah kampus akademis melingkupi keseluruhan aktivitas dakwah kampus di lingkungan akademis kampus. Mulai dari himaprodi, HMJ, kelompok studi, kegiatan penelitian dan laboratorium, kegiatan tutorial, asistensi mata kuliah dan praktikum, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kegiatan akademis kampus lainnya.

Bercermin pada kondisi kampus teknik yang pada umumnya terdiri dari berbagai jurusan, dipandang perlu untuk menata kondisi internal yang solid dan dapat mendukung setiap pergerakan. Untuk itu keberadaan penanggung jawab tiap jurusan sangat diperlukan, dengan harapan dalam berkoordinasi tiap jurusan nantinya tidak menemukan hambatan. Namun bila kondisi di jurusan masih belum memungkinkan, maka bisa dimulai dari tingkatan fakultas yang pada umumnya jumlah kadernya lebih banyak daripada di jurusan.

Sebuah tawaran …

Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Kampus Teknik (FULDKT) yang terbentuk sejak bulan April 2003 juga telah melangkah maju menapaki dakwah kampus akademis ini, khususnya di bidang keteknikan. Pada Munas II FULDKT di Malang tanggal 11-13 September 2004 yang lalu terdapat tiga buah komisi yang dibentuk, salah satunya adalah Komisi Keilmuan Teknik (komisi II). Latar belakang dibentuknya komisi ini yaitu belum berkembangnya dakwah keilmuan teknik pada hampir semua LDKT di Indonesia. Padahal kebutuhan terhadap pakar keilmuan teknik yang berkompetensi tinggi dan berwawasan Islam sangat mendesak untuk menjawab berbagai tantangan dakwah yang berkembang saat ini, baik skala nasional maupun internasional. Selain itu juga diperlukan kerjasama dan jaringan yang luas dalam mengusung dakwah keilmuan teknik ini agar perkembangannya semakin cepat dan posisinya semakin kokoh.

Dalam rangka memperjelas arahan dakwah keilmuan teknik serta memberikan motivasi kepada setiap LDKT agar mengembangkan dakwah keilmuan teknik, maka ditunjuklah sebuah pilot project di tingkatan nasional yang diamanahkan kepada Keluarga Muslim Teknik (KMT) UGM, melalui BSO (Badan Semi Otonom) akademisnya yang bernama Cendekia Teknika. Selain itu untuk mempermudah dalam memperluas jaringan, baik secara horizontal (antar LDKT) maupun vertikal (lembaga studi/riset nasional), direncanakan akan dibentuk sebuah lembaga/forum koordinasi bernama IIME (Institute of Indonesian Moslem Engineering). IIME ini nantinya akan mewadahi seluruh wajihah akademis di kampus teknik seluruh Indonesia.

Kami selaku pengemban pilot project mengharapkan partisipasi aktif antum semua untuk mengembangkan dakwah keilmuan teknik ini, terutama di kampusnya masing-masing. Kami membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin berbagi informasi dan berdiskusi tentang hal ini. Silakan kirimkan email ke : ananda_wisnu@yahoo.com . Jangan lupa sertakan identitas antum (nama, kuliah, asal LDKT, amanah, dan nomor yang bisa dihubungi).

Don’t forget with our basic

Ada satu hal penting yang harus kita perhatikan saat kita melakukan ekspansi dakwah : penjagaan asholah (keaslian) dakwah. Dalam konteks dakwah akademis, pengembangan dakwah yang dilakukan haruslah tetap berpijak dan bertumpu pada nilai-nilai dakwah. Artinya, kita jangan terlalu terjebak pada pengembangan keilmuan semata. Hal ini akan berimbas dengan jelas saat melakukan proses kaderisasi. Jika pada saat menawarkan dakwah akademis ini kepada para mad’u (obyek dakwah) kita nilai-nilai keilmuannya terlalu ditonjolkan, sedangkan nilai dakwahnya kurang, maka hal itu kurang baik untuk perkembangan dakwah ke depan. Okelah pada saat-saat awal bisa saja mad’u yang terekrut cukup banyak dengan program-program yang kita tawarkan. Tapi suatu saat nanti ketika para mad’u mulai merasakan bahwa kegiatan yang dilaksanakan tidak memberikan manfaat lagi bagi akademis mereka, maka dengan mudah mereka akan melepaskan diri. Disinilah perlunya penanaman frame dakwah kepada mereka. Jadi sejak awal mereka harus sudah mulai dikenalkan dan dibimbing bahwa pada dasarnya semua aktivitas yang kita lakukan, termasuk dalam sisi akademis, haruslah bernilai dan bertujuan untuk dakwah. Tentu saja dalam hal ini kita tetap memperhatikan prinsip tadarruj (bertahap) dan tawazun (seimbang) serta tidak melupakan nilai-nilai ukhuwah.

Epilog

Saat ini perkembangan dakwah di Indonesia telah semakin meluas, bahkan telah sampai ke tingkatan legislatif dan eksekutif. Ada sebuah info menarik dari salah seorang kader dakwah yang berada di Depatemen Pertanian (Deptan). Beliau memberitahukan bahwa dibutuhkan 14 pejabat tinggi eselon satu (setara PNS gol. IV d – IV e) untuk mengisi struktur di Deptan. Nah, ternyata baru satu orang kader dakwah yang memenuhi kualifikasi tersebut ! Dengan jumlah SDM yang sangat terbatas tersebut, bukankah akan cukup menyulitkan gerak dakwah di Deptan itu sendiri ?! Bagaimana pula halnya dengan bidang-bidang yang lain ? Ternyata kondisinya tidak jauh berbeda.

Oleh karena itu, mari kita tingkatkan kompetensi diri agar bisa menjadi engineer yang handal dan berakhlak Islami. Mari kita tekuni bidang kita dengan sungguh-sungguh dan jadikanlah Islam dihormati kembali sebagai pembawa rahmat bagi semesta alam. Wallahu a’lam bishshawwab.

* Ketua Komisi II (Komisi Keilmuan Teknik) Munas II FULDKT Malang, 11-13 September 2004

Mahasiswa Teknik Elektro UGM angkatan 2001

Tidak ada komentar:

SMA N 2 TAPAKTUAN

SMA N 2 TAPAKTUAN
Training Motivasi

PESANTERN AL-MUNJIYA LABUHAN HAJI

PESANTERN AL-MUNJIYA LABUHAN HAJI
Training ISQ

PEMUDA DAN PEMUDI KECAMATAN SAWANG, ACEH SELATAN

PEMUDA DAN PEMUDI KECAMATAN SAWANG, ACEH SELATAN
TRAINING MOTIVASI