BEGINILAH AGAMA MEMANDANG SEBUAH BENCANA
Musibah tidak mengenal waktu dan tempat ia bisa datang kapan saja dan dimana saja, kadang kala musibah datang dimalam hari, ia bisa juga datang di siang hari atau sore hari. Tisa ada seorangpun yang mengetahui kapan bencana tiba kecuali Allah Swt.
Bencana juga tidak pernah memilih-milih korbannya, ia bisa menimpa siapa saja, tampa ada yang sanggup untuk menahannya, tidak pernah yang mengetahui akan terjadi tsunami yang menelan ratusan ribu orang di nanggroe Aceh Darussalam beberapa waktu yang silam. Tidak ada juga yang menduga datang genpa bumi di Yogyakarta dan tidak seorangpun juga mengira sungai bengawan solo yang tadinya tenang, menguap dan menelan ribuan rumah warga bahkan menelan korban jiwa.
Disinilah relevensinya ajaran islam, agama wahyu ini tidak pernah memandang sebuah bencana yang terjadi dalam konteks negatif. Musibah adalah alat untuk menguji kesabaran dan keimanan kaum muslimin di hadapan Allah SWT. zat yang Maha Agung.
Sikap inilah yang ditunjukkan Rasulullah saw lima belas abad yang silam kala berbagai cobaan dating menimpa. Beliau tidak pernah berputus asa meskipun dating musibah berat sekalipun, tengok saja meskipun wajah beliau babak belur dipukul kaum kafir quraisy, diusir dari makah kampung halamannya, dipukuli hingga giginya patah, bahkan kehormatan istri Rasulullah yang mulia dicemarkan. Namun itu semua tidak membuat keimanannya bergeser dari Allah. Sebaliknya Rasulullah mengaggap berbagai ”bencana” itu sebagai ujian yang harus dijalaninya.
“apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga apadahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana datang kepada orang yang terdahulu sebelum kamu ? Mereka ditimpa malapetaka dan kedengsaraan serta di goncang dengan berbagai cobaan”(QS.al-Baqarah:214)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar